feeling empty, inside.
bukannya ga bersyukur, tp lg sering nanya "naha nya hirup teh kieu-kieu wae" - kenapa ya hidup tuh gini-gini aja. Liat hidup orang lain berputar merasa miris. Kata seorang teman "lu jangan liat keatas mulu,cha"...lantas teman yg lain berujar "bersyukur cha..apapun yg lu dapet dlm hidup lu, yakin lah Tuhan pasti kasih yg terbaik buat lu" mengertikah mereka dengan apa yg mereka katakan ke saya ?
Hidup itu buat saya seperti siklus -- putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur-- ada kalanya merasa cukup dan ada kalanya merasa kurang, ada masanya diatas kemudian dibawah, kadang bersemangat kemudian feeling down. c'est la vie...begitulah hidup. tidak bisa juga mengharapkan kemudahan, keriangan, kenyamanan, dan kepuasan terus-menerus. kadang merasa dunia tidak adil ketika diri nggak merasa cukup bahagia, inginnya menyalah-nyalahkan semua pihak, semua faktor di luar diri, dasar manusia sok tau!
Ketika berada di titik terbawah, inginnya berbagi, sekedar berkeluh kesah, atau mencurahkan apa yg terendam di hati. Selalu kalimat-kalimat pengingat yg biasanya saya terima, seperti "sabar...tetap berpikir positif. sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan" atau "bersyukur dong, jangan melulu lihat ke atas. lihat ke atas boleh, tp jangan sering2..sempatkan lihat-lihat kebawah" ...klise -i know- tapi biasanya kalimat2 pengingat tsb ampuh, setidaknya it's really works on me.
Kalau sudah begitu biasanya keadaan lainnya mengikuti. berawal dari diri sendiri yg lebih nyaman cemberut daripada tersenyum, muram, berubah pendiam, galau, hubungan sosial dan personal perlahan menurun kualitas dan kuantitasnya, yg paling tidak saya sukai dr siklus abu-abu ini adalah pengaruhnya yg besar terhadap hubungan antara saya dan pacar. Ketika saya berada dalam siklus abu-abu, selalu pula kami berselisih paham, miss communication, and also miss understanding. Saya merasa dia tak mengerti saya sedangkan dia merasa saya yg tak mau dimengerti. Dan inilah saya sekarang, terkukung di dalam siklus abu-abu berikut si pacar memilih menghindari saya daripada meladeni saya yg bawaannya selalu uring-uringan, rewel, kelewat sensitif. Tapi saya nggak suka dia jauh, saya nggak mau dia menghindari saya. Saya nggak mau sendirian melewati masa ini, saya ingin dia berjalan beriringan bersama saya, tp dia menolak..dan dia menjauh.
Meskipun dia -tetap berusaha- berada di 'sekitar" saya melalui teknologi bernama ponsel, saya nggak bisa benar-benar merasakan wujudnya. Saya sendiri (bonus: listrik padam semalaman hingga pukul 8am) -- kalau mau disambung2in, bete sama suasana kantor, nggak bisa siaran tp tetep ditodong mesti stand by padahal disana jg nggak ngapa2in nggak ada siapa2 jg --, hampir dapat kerjaan baru tp ternyata tidak cukup meyakinkan. Semuanya lengkap saya rasakan saat-saat ini, sekarang-sekarang ini, berada pada siklus terbawah kembali, di titik terendah ini, sendiri. Merasa kosong... gamang.
bukannya ga bersyukur, tp lg sering nanya "naha nya hirup teh kieu-kieu wae" - kenapa ya hidup tuh gini-gini aja. Liat hidup orang lain berputar merasa miris. Kata seorang teman "lu jangan liat keatas mulu,cha"...lantas teman yg lain berujar "bersyukur cha..apapun yg lu dapet dlm hidup lu, yakin lah Tuhan pasti kasih yg terbaik buat lu" mengertikah mereka dengan apa yg mereka katakan ke saya ?
Hidup itu buat saya seperti siklus -- putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yg berulang-ulang secara tetap dan teratur-- ada kalanya merasa cukup dan ada kalanya merasa kurang, ada masanya diatas kemudian dibawah, kadang bersemangat kemudian feeling down. c'est la vie...begitulah hidup. tidak bisa juga mengharapkan kemudahan, keriangan, kenyamanan, dan kepuasan terus-menerus. kadang merasa dunia tidak adil ketika diri nggak merasa cukup bahagia, inginnya menyalah-nyalahkan semua pihak, semua faktor di luar diri, dasar manusia sok tau!
Ketika berada di titik terbawah, inginnya berbagi, sekedar berkeluh kesah, atau mencurahkan apa yg terendam di hati. Selalu kalimat-kalimat pengingat yg biasanya saya terima, seperti "sabar...tetap berpikir positif. sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan" atau "bersyukur dong, jangan melulu lihat ke atas. lihat ke atas boleh, tp jangan sering2..sempatkan lihat-lihat kebawah" ...klise -i know- tapi biasanya kalimat2 pengingat tsb ampuh, setidaknya it's really works on me.
Kalau sudah begitu biasanya keadaan lainnya mengikuti. berawal dari diri sendiri yg lebih nyaman cemberut daripada tersenyum, muram, berubah pendiam, galau, hubungan sosial dan personal perlahan menurun kualitas dan kuantitasnya, yg paling tidak saya sukai dr siklus abu-abu ini adalah pengaruhnya yg besar terhadap hubungan antara saya dan pacar. Ketika saya berada dalam siklus abu-abu, selalu pula kami berselisih paham, miss communication, and also miss understanding. Saya merasa dia tak mengerti saya sedangkan dia merasa saya yg tak mau dimengerti. Dan inilah saya sekarang, terkukung di dalam siklus abu-abu berikut si pacar memilih menghindari saya daripada meladeni saya yg bawaannya selalu uring-uringan, rewel, kelewat sensitif. Tapi saya nggak suka dia jauh, saya nggak mau dia menghindari saya. Saya nggak mau sendirian melewati masa ini, saya ingin dia berjalan beriringan bersama saya, tp dia menolak..dan dia menjauh.
Meskipun dia -tetap berusaha- berada di 'sekitar" saya melalui teknologi bernama ponsel, saya nggak bisa benar-benar merasakan wujudnya. Saya sendiri (bonus: listrik padam semalaman hingga pukul 8am) -- kalau mau disambung2in, bete sama suasana kantor, nggak bisa siaran tp tetep ditodong mesti stand by padahal disana jg nggak ngapa2in nggak ada siapa2 jg --, hampir dapat kerjaan baru tp ternyata tidak cukup meyakinkan. Semuanya lengkap saya rasakan saat-saat ini, sekarang-sekarang ini, berada pada siklus terbawah kembali, di titik terendah ini, sendiri. Merasa kosong... gamang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar