07 November 2012

Leave

Perasaan saya hingga hari ini masih campur aduk. Mereka bisa mencibir "haha, kamu galau ?". Ini cedera, ini luka, ini bukan sembarangan yang membuat saya tidak stabil, saya lebih takut kehilangan diri saya sendiri ketimbang kehilangan kamu, dan saya hampir..sedikit lagi...kehilangan diri saya sendiri karena kamu. Nyeri.

Just let it go... make it simple, you know what you have to do then. Leave!

......... i know letting go. But. what i just know is letting go with anger. it's just too dissapointing. Rasa kehilangan ini sungguh terlalu disayangkan.

Beberapa dari mereka bilang , tata hati kemudian tanya lagi. "cry baby cry. let it go. let it all out. let the time heals, leave people who have hurt you so deeply". Saya mau tidak peduli sama sekali, nyatanya saya mudah terhasut oleh memori soal kamu dan tentunya dia. Seperti dijebak oleh diri sendiri ketika sesuatu yang saya curigai / percayai menjadi kebenaran. 
Kalau saja boleh memilih, saya mau tidak bisa ingat part itu lagi. Saya mau sama sekali gak bicara apa-apa lagi tentang ini, tentang kamu apalagi tentang kita. Saya masih belum bisa mengerti, bagaimana bisa seseorang hidup tenang dalam kebohongan, tidak jujur pada orang lain terlebih pada dirinya sendiri dan mereka menikmatinya. Apa yang dicari ? rasa apa yg terpuaskan ?.
Sekarang semuanya gak punya arti, gak ada nilai. Mudah memang menabur kecewa dan melukai orang lain, tp pekerjaanmu tidak selesai begitu saja sampai disitu, pikirkan dampak jangka panjang sesudahnya. Terbersitkah di pikiranmu ? ah, you'r just not wise, but also and absolutely fool.

Saya banyak mendengar tentang orang-orang ketika hubungan mereka sudah berakhir namun mereka masih ingin memperbaikinya. The hardest part of letting go and not taking part hingga saya sampai pada satu titik dimana emosi-emosi itu mengkonsumsi saya sampai ini selesai pun, masih. Saya masih jadi sanderamu, tawananmu. 

Ada satu pemikiran yang terus berkecamuk dalam kepala ini bahwa keputusan untuk mencoba menyudahi hubungan yang memang sudah disudahi. Maybe the thing is.... you were never really appreciating it untill now. Until i decide. Better never for us.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar