21 Maret 2011

soal cinta, transaksi, dan kompromi

Saya temukan lagi buku saku pemberian adik perempuan saya. sekian lama saya cari-cari..ahirnya dia kembali, dasar pelupa! entah sudah berapa lama ia teronggok dalam tas rajut ungu yg kancingnya rusak itu, kalau saya tidak membawanya ke tukang reparasi tas, mungkin buku saku itu pun terlupakan, selamanya...

Ada banyak petikan tulisan remeh saya dari beberapa masa -setahun terkahir- disana. hampir semuanya bercerita tentang irama sakit hati saya pada cerita lalu, cerita kemarin --yang sekarang jika saya baca kembali, saya sudah bisa tersenyum. hey, saya sudah lebih kuat!-- tapi saya tdk akan bicara soal itu, saya tidak akan ceritakan (lagi). Buat apa ? seperti yg pernah saya yakini dulu, it doesn't even matter anymore.

Tidak melulu berisi curhatan, buku saku itu juga berisi banyak tulisan lepas dari kalimat-kalimat inspiring yang saya dapatkan secara acak, baik dari kutipan artikel di majalah, buku, dialog film, lirik atau teks lagu, bahkan dari acara talkshow. Hobi yang aneh -katanya- tapi saya suka. Saya senang mengumpulkan kalimat2 tersebut --saya bahkan berencana membukukannya :D --

Tersebutlah satu kutipan, begini bunyinya "Kalau cinta tak bisa memberi dan menerima tanpa pamrih, itu bukan cinta namanya, tapi sebuah transaksi"

Masuk akal. Semestinya yang namanya cinta ya harus tulus, ikhlas. Idealnya sih begitu. saya pikir-pikir lagi, apa masih ada cinta yang bersih dari bentuk atau praktek transaksi ? saya jadi ragu sendiri, mengingat saya sendiri -dengan pacar- kadang masih melakukan "hubungan transaksi" alih-alih berbagi kasih dengah tulus. Saya dan dia masih kerap meributkan hal-hal seperti : saya yang lebih banyak mengalah, saya yg lebih banyak memberi, saya lebih banyak berkorban dalam hubungan ini, saya yg salah --dan selalu dipersalahkan--, saya jarang menerima, saya harus selalu mendengarkan, saya harus lebih sabar (selalu)...dan masih banyak saya-saya-saya lainnya.

Waktu dibaca ulang, saya risih sendiri. kenapa banyak hal berbau keakuan dalam hubungan kami, entah apakah dia sadar atau tidak, nyatanya kami masih menjalani hubungan berpacaran yang kekanak-kanakan. Memang, tidak ada hubungan yg sempurna, tapi setidaknya -buat saya sendiri- dengan menulis ide soal ini bisa jadi bahan refleksi dan introsppeksi supaya tidak lagi menjadi egois :).

Jangan mengharapkan kesempurnaan di dunia yg tidak sempurna ini. Saya jadi malu, sungguh! harusnya saya bisa make a deal with it. What is it ? ya berkompromi dengan semua ketidaksempurnaan kami. It's all not about me anymore, it's all about us, now.
Katakanlah kami beda selera. Itu karena inilah kami, kami -saya dan dia- tidak seperti pasangan lain yg sering saya lihat dan jadikan perbandingan. Tidak...saya tidak boleh membandingkan, kan ? kami ya kami, mereka ya mereka.

Kemudian...
antara BritPop dan musik trance
antara sepak bola dan motoGP
antara lotek dan bebek goreng
antara rasa pedas dan manis
antara menulis dan dugem (jauh. haha)
Ini lah saya dan dia, berkomitmen, kesamaan visi dan misi, belajar menerima satu sama lain.

There's no perfect partner and there's no perfect relationship. So, be gratefull whit what you have guys.

Satu hal lagi, kadang pria yang tepat untuk seseorang adalah pria yang yang melenceng dari bayangan ideal :p


Tidak ada komentar:

Posting Komentar